Rabu, 20 Februari 2013

Grounding System (Sistem Pentanahan)



Grounding System (Sistem Pentanahan) atau banyak orang menyebutnya sebagai penangkal petir, adalah suatu sistem yang fungsinya untuk menetralisir jalaran arus listrik akibat dari sambaran petir di tanah.
Lalu apa itu petir dan bagaimana proses terjadinya?
Petir
Petir adalah suatu fenomena alam yang pembentukannya berasal dari terpisahnya muatan di dalam awan comulunimbus yang terbentuk akibat adanya pergerakan udara ke atas akibat penguapan air laut dan adanya uadara yang lembab. Pada umumnya muatan negatif akan berkumpul di bagian bawah dan ini akan menyebabkan terjadinya induksi muatan positif diatas permukaan tanah sehingga membentuk medan listrik antara awan dan tanah. Jika medan listrik cukup besar, dan medan listrik di udara membesar, maka akan terjadi pelepasan muatan berupa petir atau menjadi sambaran petir yang bergerak dengan kecepatan tinggi disertai dengan efek merusak yang sangat dahsyat.
Indonesia yang terletak di daerah katulistiwa yang panas dan lembab dengan iklim tropisnya, berpotensi terjadinya hari guruh yang sangat tinggi dibanding dengan daerah lainnya. Sebagai catatan hari guruh tertinggi pernah terjadi pada tahun 1988 yaitu di daerah Cibinong. Selain hari guruh yang sangat tinggi yang perlu diperhatikan bahwa kerapatan sambaran petir di Indonesia juga sangat besar, jadi daerah-daerah di Indonesia ini pada umumnya rawan terhadap sambaran petir.

Motor Listrik AC Satu Fasa



          Berdasarkan karakteristik dari arus listrik yang mengalir, motor AC (Alternating Current, Arus Bolak-balik) terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Motor listrik AC / arus bolak-balik 1 fasa
2. Motor listrik AC / arus bolak-balik 3 fasa

Pembahasan dalam artikel kali ini di titik beratkan pada motor listrik AC 1 fasa, yang terdiri dari:
1.    Motor Kapasitor
2.    Motor Shaded Pole
3.    Motor Universal

Jumat, 23 November 2012

HPLC (High Performance Liquid Chromatography)



PENELITIAN MENGENAI KEBERADAAN BIOTOKSIN PADA BIOTA DAN LINGKUNGAN PERAIRAN TELUK JAKARTA
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di perairan pantai Teluk Jakarta yaitu sekitar Muara Angke, Muara Dadap, Cilincing dan Tanjung Pasir. Untuk mengetahui kadar biotoksin seperti paralytic shellfish poisoning (PSP) dan diarrhetic shellfish poisoning (DSP) pada biota laut, dilakukan bioassay dan analisis HPLC. Parameter pendukung yang diamati adalah kondisi fisik seperti suhu, salinitas, pH, kecepatan dan arah arus, kecerahan dan kedalaman laut, nilai DO dan BOD; kandungan zat hara (nitrat, nitrit, fosfat, ammonia dan sulfur); dan plankton (jenis dan kelimpahan). Pengamatan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu bulan Mei dan Oktober 2001, pada 9 titik yaitu 1, 2 dan 3 mil dari garis pantai dan pada masing-masing titik diambil 1 mil ke kanan dan 1 mil ke kiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan jumlah plankton ternyata dipengaruhi oleh kondisi zat hara. Jenis fitoplankton yang dominan adalah Chaetocheros. Jenis plankton yang potensial sebagai penyebab harmful algal bloom (HAB) yang terdapat di perairan Teluk Jakarta adalah dari filum dinoflagellata seperti: Ceratium, Dynophysis, Ganyaulax, dan Gymnodium. Dari filum Bacillariophyceae adalah genus Nitzchia, Chaetocheros dan Thalassiosira, sedangkan dari filum Cyanophyceae adalah genus Trichodesmium. Kandungan paralytic shellfish poisoning (PSP) dari kerang berdasarkan uji bioassay, tidak menyebabkan kematian. Contoh kerang mengandung saxitoxin sekitar 2,1-2,3 ì g/100 g. Kandungan okadaic acid pada kerang dan ikan karang berkisar antara 0,05-0,1 ì g/100 g. Pada ikan karang, kandungan toksin lebih banyak terdapat pada isi perut dibandingkan pada daging ikan. Namun demikian, kandungan saxitoxin dan okadaic acid pada kerang dan ikan tersebut masih dibawah ambang yang diijinkan.
ABSTRACT : Research on biotoxin appearance in biota and waters environment of Teluk Jakarta. By: Mulyasari, Rosmawaty Peranginangin, Th. Dwi Suryaningrum and Abdul Sari 

Infrared


SINTESIS LIGAN KELAT
4-BENZOIL-1-FENIL-3-METIL-2-PIRAZOLIN-5-ON DAN
APLIKASINYA PADA EKSTRA KSI ION NIKEL DALAM LARUTAN
ABSTRACT
The aim of this research is to extract cobalt ion from solution with a chelate ligand , 4-benzoyl-3-  ethyl-1-phenyl-2-pyrazolin-5-one (HPMBP). The synthesis of HPMBP was conducted by desolving 3- ethyl-1-phenyl-2-pyrazolin-5-one in 1,4-dioxane and was reflux with benzoyl chloride at 100-120 0C for 30 minutes and used calcium hydroxide as a catalyst. The result showed that the crystals of HPMBP is yellowish white in color that has melting point of 86-87 0C with synthesis efficiency of 72.6%. The crystal structure was determined using IR-spectrophotometer with KBr pellet method and by H-NMR spectrophotometer using CDCl3 as a solvent. The result also showed that the optimum pH extraction is 4.4 (%E = 93) with extraction constant of 5.56 x 10-2. Key words : 4-benzoyl-3-methyl-1-phenyl-2-pyrazolin-5-one (HPMBP), extraction, nickel

pH Meter



Pemakaian Kitosan Limbah Udang Windu sebagai Matriks Pendukung pada Imobilisasi Papain

ABSTRAK
Telah dilakukan imobilisasi papain (EC.3.4.22.2) pada kitosan dari limbah udang dengan metode adsorpsi dan metode carrier crossling menggunakan kation magnesium sebagai agen bifungsional. Proses adsorpsi magnesium pada kitosan dilakukan pada pH 7,  engan waktu interaksi 2 jam. Proses imobilisasi papain pada matriks kitosan dilakukan pada pH 7, konsentrasi papain 20 mg/mL dengan waktu interaksi 12 jam. Papain imobil menunjukkan karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan papain yang tidak diimobilisasi. Stabilitas termal papain imobil relatif lebih tinggi bila dibanding papain bebas. Papain imobil mampu digunakan secara berulang sebanyak 6 kali.
Kata kunci : Kitosan, imobilisasi, papain

Spectrofotometri



SENYAWA ANTIBAKTERI GOLONGAN FLAVONOID DARI
BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola Linn.L)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang isolasi dan identifikasi senyawa aktif antibakteri dari buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn). Sebanyak 140,56 g ekstrak kental methanol diperoleh dari 10 kg buah segar belimbing manis. Ekstrak metanol tersebut dilarutkan ke dalam campuran metanol-air (7:3) selanjutnya dipartisi berturut-turut dengan pelarut n-heksana dan kloroform, sehingga menghasilkan berturut-turut ekstrak n-heksana 0,10 g, ekstrak kloroform 0,07 g dan ekstrak air sebanyak 48,01 g. Uji fitokimia flavonoid dari semua ekstrak kental yang diperoleh menunjukkan bahwa air yang paling positif flavonoid.
Hasil pemisahan dengan kromatografi kolom terhadap ekstrak air diperoleh fraksi FB positif flavonoid dengan berat sekitar 0,2027 g yang berwarna orange. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat (fraksi FB) merupakan senyawa golongan katekin dengan kemungkinan memiliki gugus hidroksil pada C-3, C-7, dan C-4’, serta mempunyai gugus fungsi –OH, C-H aromatik, C-H alifatik, C=C aromatik, C-O alkohol dan tidak mengandung gugus karbonil C=O. Isolate dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli pada 100 ppm dan S. aureus pada 500 ppm.
Kata kunci : Averrhoa carambola Linn, flavonoid, antibakteri, isolasi, identifikasi

Gas Spektrofotometry

FORMULASI GAMEKSAN
DALAM BENTUK MIKROEMULSI
ABSTRACT
The clinical use of the poorly water-soluble drug substance become inefficient by means of low level penetration of such kind drug in the body. Microemulsion is a dispersion system like an emulsion which could help to increase the solubility of poorly water-soluble drug. In this research, poorly water-soluble drug is made in a dosage form of microemulsion with Gamexan as a model. An experiment has been conduct by using benzyl benzoate as an oil phase, Tween 20 with variety concentration (35%;40%;45%) and sodium lauryl ether sulphate as surfactant components. The evaluation are consist of determining the amount of Gamexan in the microemulsion and stability test both physic and chemically. The result shows that all three of the microemulsion formula dosage form indicate good stability during two months of storing.
Key words : microemulsion, Gamexan, surfactant.

Link Downlaod: Gas Spektrofotometry.doc