Jumat, 26 Oktober 2012

MODUL VI. PENETAPAN KADAR NH4+



ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR GALI DI KAWASAN PARIWISATA SANUR

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air sumur gali di kawasan Sanur pada bulan April dan Juni 2007 di 6 (enam) lokasi penelitian yaitu, Sanur Kaja pada kedalaman sumur 5-6 meter (SA2) dan 7-8 meter (SA3); Kelurahan Sanur pada kedalaman 3-4 meter (SB1) dan 5-6 meter (SB2); Sanur Kauh pada kedalaman 3-4 meter (SC1) dan 5-6 meter (SC2) dengan metode Cluster Random Sampling.
Hasil analisis secara insitu dan laboratorium di 6 lokasi penelitian pada bulan April 2007 menunjukan 5 (lima) dari 14 parameter yang diteliti melampaui baku mutu air kelas I PPRI no.82 tahun 2001 parameter tersebut adalah Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD5), Nitrat (NO3), Fosfat (PO4), dan Total Coliform. Sedangkan pada bulan Juni 2007 terdapat 9 (sembilan) parameter yang melampaui baku mutu air kelas I yaitu Total Dissolved Solid (TDS), Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD5), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), Amonia (NH3), Fosfat (PO4), E. coli dan Total Coliform.

MODUL V. PENETAPAN COD

DAMPAK PEMBANGUNAN BAGI KUALITAS AIR DI KAWASAN PESISIR
PANTAI LOSARI, MAKASSAR
Winarni Monoarfa1
ABSTRACT
Losari Beach, which located in coastal area of Makassar City is one of Makassar land  mark, which citizen is proud of it. By the way, the coastal water quality is decreasing caused by one of the negative effect of city development and people activity. The water pollution not merely affects on the decreasing of coastal water organism, but also makes the coastal water becomes dirty progressively. This phenomenon will decrease the aesthetics of Losari Beach itself. Therefore, in order to eliminate the coastal water pollution, it is necessary to make strategic actions as well as build a water treatment plant and make people aware for not throwing away their waste to the water.

MODUL V. JAR TEST

UJI KORELASI PENGARUH LIMBAH TAPIOKA
TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR
Oleh : Ignasius D.A. Sutapa1
Abstrak
Pemanfaatan air sumur di desa Karadenan Kabupaten Bogor cukup tinggi, karena belum terjangkaunya wilayah tersebut oleh PDAM setempat. Pemanfaatan air tanah secara intensif serta produksi air limbah dari pabrik tapioka yang berada di desa Karadenan terus meningkat sehingga dapat menyebabkan perubahan kualitas air tanah dan dapat mengganggu pemanfaatannya. Pemanfaatan air sumur oleh penduduk desa Karadenan Kabupaten Bogor ini adalah untuk memenuhi kebutuhan penduduk setempat, seperti air minum, MCK, dan industri tapioka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sumur gali penduduk sangat dipengaruhi oleh kualitas limbah tapioka di bak penampungan yang ada disekitarnya. Hal ini terlihat adanya korelasi satu arah antara kualitas limbah dan jarak terhadap sumur penduduk disatu sisi terhadap kalitas air sumur di sisi yang lain. Terlihat bahwa semakin dekat jarak sumur terhadap bak penampungan limbah tapioka maka kualitas air sumur semakin rendah.

MODUL IV. PENENTUAN KADAR Fe DALAM AIR


TINJAUAN TERHADAP MINERALOGI ENDAPAN PLACER PASIR BESI DAN KEMUNGKINAN ASOSIASI MINERAL IKUTAN BERHARGA
A B S T R A K
Bahan galian pasir besi merupakan hasil rombakan dari sumber-sumber batuan mengandung mineral/unsur besi (Fe) dan atau cebakan mineral besi yang telah terbentuk sebelumnya. Melalui proses pelapukan, sumber-sumber tersebut diubah menjadi beragam partikel mineral dan lain-lain dengan dominan kandungan mineral Fe; yang diangkut (transportasi) oleh media (terutama air sungai)dan kemudian terakumulasi pada suatu cekungan sedimen sebagai formasi pasir besi. Cebakan pasir besi hasil sedimentasitermasuk ke dalam kategori endapan alochton, dengan nilai ekonomi yang dimilikinya disebut oleh para ahli geologi sebagai cebakan placer.Endapan pasir besi dapat terbentuk pada lingkungan-lingkungan air tawar (daratan berlumpur dan danau), rawa-rawa, lagun hingga air laut dalam; dimana kondisi pengendapannya akan menentukan susunan mineralogi, ukuran butir, kemurnian, luas penyebaran dan stratigrafi dari endapan tersebut. Pada lingkungan daratan berlumpur dan danau akan diendapkan mineral-mineral dengan susunan Fe hidroksida dan karbonat, yang dapat membentuk Fe-oksida apabila tanpa kehadiran bahan organik.

MODUL III. PENENTUAN OKSIGEN TERLARUT

OKSIGEN TERLARUT (DO) DAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI
(BOD) SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR UNTUK MENENTUKAN
KUALITAS PERAIRAN

ABSTRACT
DISSOLVED OXYGEN (DO) AND BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOO) AS INDICATOR TO DETERMINE WATER QUALITY. All animal need oxygen for the metabolism in their cells. Oxygen takes apart in oxydation and reduction process of chemical matter to be the simple compound. Atmosphere and photosynthesis by product are the main source of oxygen in waters. Dissolved oxygen (DO) and biological oxygen demand (BOO) are the most important parameter of water quality. DO and BOD are determined by iodometry titration or electro chemical with DO meter apparature.

MODUL II. ALKALINITY


KAJIAN PENURUNAN ION (Cl-, SO42-, HCO3-) DALAM AIR LAUT
DENGAN RESIN DOWEX
ABSTRACT

Salt is one importance requirement in the daily life, which is the basic commodity is seawater (brine). According to the quality aspect, domestic product especially for consumption requirement has not fulfilled the regulation for healthy yet, especially the one produced by salt farmer. Sea water (brine) is held in the influent reservoir then pumped to the stabilizer tank, accommodated in the reservoir, finally flowed to the resin column. In this column used 1000 grams type-1 Dowex strong acid cation resin. The OH- ion in this resin can be used to tie Cl-, SO4-2 and HCO3- ions on the sea water (brine). Seawater (brine) is out from resin column is accommodated in the influent reservoir, taken every hour during five hour, and then the result obtained analyzed. Variable is operated in this research is contact time of sea water (brine) with resin and current velocity. The best result decreasing content of Cl- occur on the 25 litres/hour current velocity, after five hour it was obtained 1,450% with selectivity coefficient -2,940. Decreasing content of SO4-2 occur on the 10 litters/hour current velocity, in the end, it was obtained 7,267261% with selectivity coefficient -4,745. While decreasing contend of HCO3- occur on the 15 litres/ hour current velocity, later than five hour it was obtained 39,92056% with selectivity coefficient -2,373.

MODUL I. ANALISA HARDNESS DALAM AIR

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI SUKOHARJO
SEBAGAI DAERAH PENYANGGA KOTA
THE CHANGE OF THE LAND USE AND ITS IMPACT
TO THE GROUND WATER QUALITY IN SUKOHARJO DISTRIC
AS THE SUPPORT OF THE TOWN
Suharjo, Sartono Putro, dan Alif Noor Anna
Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan 1). Mengetahui besarnya perubahan penggunaan lahan tahun 1998 - tahun2002. dan 2). Mengetahui kondisi kualitas airtanah setelah terjadi perubahan penggunaan lahan. Untuk mencapai tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu Stratified Porpusive Sampling sedang analisa datanya menggunakan metode diskriptif . Data yang diperlukan yaitu bentuklahan, data penggunaan lahan tahun 1998 dan tahun  2002, data unsur kimia air tanah yaitu kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), amonium (HN4), besi (Fe), nitrat (NO3), chloride (Cl), sulfat ( SO4), karbonat (HCO3), CO3 , data bakteri Coli dan data standart baku mutu air untuk air minum. Hasil penelitian didapatkan: 1). Daerah kecamatan Kartasura terjadi perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian seluas 564,6165 ha. Sedang daerah Kecamatan Grogol 55,49066 ha. 2).Kondisi air tanah yang layak untuk air minum yaitu desa Pucangan Kartasura, Telukan Grogol dan desa Geneng Gatak . Sedang desa yang lain air tanahnya terdapat bakteri Colinya antara 9 – 2400 , sehingga tidak layak untuk air minum. 3). Perubahan penggunaan lahan permukiman sebagian besar berdampak negativ terhadap kualitas airtanah untuk air minum sehingga tidak layak untuk air minum.

SNI Minyak Kelapa Sawit


STANDART NASIONAL INDONESIA (SNI) MINYAK KELAPA SAWIT
1.   Ruang Lingkup
Standar ini meliputi definisi, syarat mutu, syarat penandanan dan cara pengemasan.
2.      Definisi
Minyak Kelapa Sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan daging tanaman Elaeis Guineensis Jacg.
3.      Jenis Mutu
Minyak Kelapa Sawit digolongkan dan satu jenis mutu dengan nama Sumatra Palm Oil.
4.      Syarat Mutu
No.
Kriteria Uji
Syarat
Cara Pengujian
1.
Warna
Kuning jingga sampai hingga kemerah-merahan
Visual
2.
Asam lemak bebas (sebagai asam palmiat, % (bobot/bobot), Maks
5,00
BS  684 - 1958
3.
Kadar kotoran, % (bobot/bobot), Maks
0,05
SNI 01 - 3184 - 1992
4.
Kadar air % (bobot/bobot), Maks
0,45
BS 684 - 1958


 
5.      Syarat Penandaan
Untuk setiap pengirim pada bagian drum harus dicantumkan keterangan antara lain sebagai berikut :      
a.       Produce Of Indonesia
b.      Nama Perusahaan
c.       Nama Barang
d.      Nomor Drum
e.       Nomor Kemasan
f.        berat Bersih
g.       Berat Kotor
h.       Tujuan
6.      Cara Pengemasan
Minyak Kelapa Sawit disajikan dalam wujud cairan kental dikemas dalam drum bersih dan kering berukuran 200 liter dengan head space 5 – 10 persen atau in bulk.

STANDART NASIONAL INDONESIA (SNI) MINYAK KELAPA
1.      Ruang Lingkup
Standar ini meliputi definisi, syarat mutu.
2.      Definisi
Minyak Kelapa adalah minyak yang diperoleh dengan cara mengepres Kopra yang telah dikeringkan atau hasil ekstraksi bungkil Kopra.
3.      Syarat Mutu
 SPESIFIKASI MUTU

No.
Jenis Uji
Satuan
1.
Air
Maks 0,5 %
2.
Kotoran
Maks 0,05 %
3.
Bilangan jod (g jog/100 g contoh)
8 – 10,0
4.
Bilangan penyabunan (mg/KOH/g contoh)
225 - 265
5.
Bilangan peroksida (mg oksigen/g contoh)
Maks 5,0
6.
Asam lemak bebas
Maks 5 %
7
Warna
Normal
8.
Minyak Pelikan
Negatif

STANDART NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPRA
1.      Ruang Lingkup
Standar ini meliputi definisi, syarat mutu, syarat penandaan dan cara pengemasan.
2.   Definisi
Kopra adalah bagian daging buah tanaman Kelapa (Cocos Nufifera Linn) yang dikeringkan dengan penjemuran, pengasapan atau pengeringan mekanis lainnya.
3.   Syarat Mutu
3.1.   Kopra digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a.   Mutu A (Kopra siap dikapalkan)
b.   Mutu B (Kopra kering)
c.   Mutu C (Kopra cukup kering)